Seekor tupai bersahabat dengan seekor ikan besar merayap. Keluarga-keluarga kedua hewan itu hidup rukun tolong-menolong, berkasih-kasihan, bergotong-royong dengan kesetiaan besar pada satu sama lain. Pada suatu hari istri si tupai jatuh sakit, dan dokternya mengatakan bahwa obat baginya adalah telur ayam.
“Wahai,telur ayam ! Dari mana dapat memperolehnya ?” ( kata tupai )
dengan wajah yang amat sedih pergilah si tupai kepada si raun, ikan sahabatnya itu, lalu diceritakannya hal kesedihannya itu.
Seketika si raun terdiam berpikir, kemudian ia berkata, “Saudara tak usah sedih-sedih demikian. Aku akan membawa telur ayam itu kepada istri saudara.” ( kata si raun )
Maka pulanglah si tupai denga harapan besar sekali akan pertolongan sahabatnya itu.
Dan apakah yang diperbuat oleh si raun itu ?
Ketika seorang wanita, seperti biasa datang dengan periannya mengambil air dari sungai, tempat sarang si raun itu, maka lekas-lekas ikan itu masuk ke dalam perian itu.
Maka pergilah wanita itu pulang ke rumahnya membawa perian berisi ikan raun itu, dan seperti saban hari dilakukannya, perian itu disandarkanya pada dinding rumah, dekat tempat seekor ayam betina bertelur.
Keluarlah si raun itu dari perian lalu mengambil sebutir telur dari tempatnya.
Sesudah itu si raun merayap kembali ke dalam perian yang sudah hampir kosong itu, yang kemudian dibawa kembali oleh wanita tadi kembali ke sungai untuk mengambil air.
Demikianlah si raun, sekembalinya di sungai, lekas-lekas mendapatkan si tupai dengan membawa telur pengobatan istri sahabatnya yang sakit itu.
Kini, betapa berutang budi si tupai pada si raun, yang dengan penuh bahaya dapat merebut telur itu.
Pada suatu hari, tiba giliran si raun, menderita kesedihan yang sama seperti sahabatnya itu. Adapun istri si raun sakit keras,… dan bapak dokter menyatakan bahwa hanya hati buaya dapat mengobatinya.
Dengan hati yang berdebar-debar, sangat sedih si raun mendapatkan sahabatnya si tupai itu.
Maka jawab si tupai, sesudah berdiam berpikir sejurus, “Aku akan dapat merebut hati buaya itu untuk istri saudara yang sakit itu.” ( kata si tupai ). Pergilah si raun dengan hati terhibur, penuh harapan pada si tupai.
Adapun di sungai dekat sarang si raun itu hidup juga seekor buaya.
Di pinggir sungai itu tumbuh sebuah pohon kelapa yang berbuah.
Sebutir kelapa yang masih muda di lubangi oleh si tupai itu, dengan lubangnya yang cukup besar guna memungkinkan si tupai itu merayap ke dalam buah kelapa itu,…. Dibuatnya selaku tempat penginapannya. Ketika dilihatnya buaya terapung di sungai tepat di bawah buah itu, maka di kerat si tupai itu batang tali pusat penghubung buah itu dari mayangnya, dan …. Jatuhlah buah itu ke sungai, di depan buaya terapung itu.
Dengan secepatnya buaya itu menelan buah kelapa itu di hulu hati si buaya, maka dengan segera keluarlah si tupai dari liang buah kelapanya itu, lalu dikeratnya hati buaya itu sekaligus. Dengan kesakitan yang amat sangat, si buaya menggelepar-gelepar, mengacau air sungai dengan hebatnya, tetapi tak lama kemudian matilah buaya itu. Lalu keluarlah si tupai dari liangnya , dari mulut buaya itu, kemudian membawa hati buaya kepada sahabatnya si ikan raun itu untuk pengobat istrinya yang sakit.
Demikianlah budi dibalas dengan budi juga, dengan pengorbanan dan usaha kepahlawanan, keberanian luar biasa, dengan taruhan nyawa.
sumber : http://fixguy.wordpress.com/fabel-tupai-dan-ikan-besar/
su
0 komentar:
Posting Komentar